just imagine what u see !

just imagine what u see !

Kamis, 02 Februari 2012

Morning story


Pagi ini, gue gak lagi takut karena sesuatu yang berarti kok, tapi gak tau kenapa ya berawal gue duduk, nonton berita di televisi tentang peristiwa Tugu Tani. Melihat korban2 yang gak berdosa harus meregang nyawa disaat mereka sedang berbagi kebahagiaan bersama orang2 disekitarnya, ataupun baru saja berhasil meraih sesuatu dalam suatu bidang, lalu mungkin ada juga yang tidak tau apa2 kalo ternyata waktu terakhirnya adalah saat itu. Ya ya ya, gue tau kita sebagai manusia gak ada yang tau kapan kita akan seperti itu. Harus meninggalkan segalanya di dunia ini, ntah disaat kita dalam keadaan yang kurang atau sedang dalam posisi puncak. Gak beberapa waktu kedepannya datang lagi berita tentang meninggal dunianya Ade Namnung. Ya lo tau lah kondisi nya bagaimana semasa hidupnya walaupun gak tau sepenuhnya. Ada beberapa hal yang gue salutin sama apa yang dia lakukan sebelum meninggal dunia. Minta dibangunin sholat malam, terus yang buat hati gue bergetar adalah dari mulut seorang ibu kandungnya mengatakan "kalo Ade adalah seorang anak yang baik dan gak pernah ngebantah, sayang sama mamanya".....karena sebelum meninggal dunia, dia meminta dengan penuh harapan kepada ibu nya untuk mencium kaki ibunya, ya Allah itu yang membuat gue bergetar,darah gue berdesir saat itu gue pun sedang menonton berita yang sama bersama mama. Gue tau, gue ngerasa belum apa2. Sungguh !! gue hanya baru bisa mengerjakan sesuatu yang mungkin bagi mama masih terlalu simple, yaitu pekerjaan rumah. Itupun terkadang gue masih lalai. Jadi teringat pembicaraan gue sama satu temen tentang "keinginan". Salah satu yang dia katakan adalah bisa berguna bagi banyak orang, dan saat meninggal dikelilingi oleh orang2 tercinta dan pastinya adalah keluarga yang mengerti kita sejak dalam kandungan hingga besar. Yang jelas R.I.P Ade Namnung...

Keesokan harinya, tetangga tepat di depan rumah meninggal dunia. Info yang gue dapet dari salah satu anggota keluarganya setelah keluar dari kamar mandi menuju kamarnya, tiba2 anak dari yang punya rumah mendengar suara "gedebuk!!" saat melihat ternyata sang nenek jatuh di depan pintu dalam kondisi terlunglai lemas dan berteriak kepada orang tuanya, saat itu juga mama nya memanggil tetangga dan orang tua gue kesana untuk melihat kondisi nya. Salah satu tetangga memeriksa langsung sang nenek karena dia adalah seorang bidan yang datang dengan membawa beberapa perlengkapan, salah satunya untuk melihat denyut nadi sang nenek. Tapi ternyata beliau bilang kepada keluarga untuk bersabar, tanda bahwa sang nenek telah tiada. Saat itu maghrib diawal februari lalu pukul 6:15 WIB. Innalillahi...saat itu juga kami sekeluarga melayat dan memberi tahu kepada orang yang berada di Masjid untuk mengumumkan berita duka tersebut. Anak laki2 nenek tersebut bercerita kepada papa, bahwa dia merasa sungguh sedih atas meninggal dunianya sang ibu, dan satu hal yang sedih adalah dimana saudara perempuan nya yang tinggal di kota yang sama tidak pernah sama sekali menjenguk sang ibu apalagi saat lebaran tahun kemarin. Kecuali mungkin saudara2 yang tinggal di desa,mungkin karena kondisi biaya atau hal semacamnya. Saat maghrib selepas sholat, papa gue bercerita kepada kita semua sekeluarga. Yang intinya "Apa yang dapat kita lakukan lagi untuk orang tua setelah dia meninggal dunia? hanya menangis? rasanya percuma saja disaat beliau sudah lepas tanggungan nya di dunia ini termasuk dengan anak kandung, apa kalian baru datang melihatnya disaat sudah menutup mata? Dimana perasaan kalian semasa orang tua masih hidup?. Apalagi klo diliat dari cerita sang nenek, beliau lebih memilih tinggal bersama di rumah anak laki2 nya ketimbang rumah anak perempuannya. Ya lebih bagusnya kan rata, atau mungkin tinggal bersama anak perempuan yang bisa mengasuh sang ibu. TOTAL, saat gue mendengar papa bercerita gue berusaha menahan air mata. Ini bukan hal yang pertama orang tua bercerita tentang hal2 semacam ini, tapi every single words yang diutarakan benar2 membuat gue berpikir dan merasa bersalah hingga saat gue mengetik di blog ini. Ya Allah, hamba tau Engkau lebih tahu tentang hati ini. Sebelum gue tau apa yang gue lakukan Allah lebih tahu duluan. Hamba ingin menjadi anak yang berbakti walaupun mungkin setelah gue keluar dari "zona" keluarga dengan kata lain sudah memulai hidup bersama orang lain sudah memiliki kehidupan sendiri tetapi hamba selalu ingin seperti saat ini, bisa saling membutuhkan baik dengan saudara2 kandung maupun lainnya termasuk orang tua. Hamba ingin Orang tua melihat hamba dan saudara2 sukses, sehingga beliau tau bahwa tidak mau main2 dan serius terhadap sesuatu. Hamba ingin membuktikan ya Allah kepada orang tua bahwa apa yang diinginkan yaitu sukses dalam sekolah tercapai dan apa yang diberikan selama ini tidak sia2. Amin. 
Saat usia ku 18-an saat itulah gue mengerti mengapa gue ditanam untuk hidup yang sederhana sejak kecil. Saat gue mencoba untuk menggunakan hal logis yang mungkin selama ini belum gue sadari. Terima kasih Papa dan Mama, terima kasih terima kasih terima kasih.....
Hingga gue kuliah sekarang pun , saat dimana sekarang gue sedang pusing untuk mencari judul skripsi , dengan share kepada papa gue langsung melihat tindakan nyata yang dilakukan beliau kepada gue. Disaat gue mengeluh gue ingin skripsi yang ada hubungannya tentang Linguistics, tetapi berhubung kuliah gue backgroundnya English Department lebih condong ke pendidikan, papa gue lebih menyarankan skripsi gue ntr ke pendidikan. Gue menerima kok....karena gue ok ok aja mau linguistics ataupun pendidikan. Saat itu papa berusaha membuka mata pikiran gue tentang dunia pendidikan, karena beliau memiliki pengalaman yang sudah cukup matang dalam hal ini. Udah berpuluh puluh tahun menggeluti dunia ini, hingga sekarang sedang menunggu gelar Guru Besar, amin semoga cepat ya Allah :)
Dari dulu apa yang papa lakukan disaat gue mengeluh mengerjakan PR Matematika atau Biologi pasti papa berusaha memberi gambaran ini itu, memberikan jalan singkat supaya lebih mudah mengerti dan mendapatkan hasilnya, walaupun saat gue sekolah dulu gue lebih percaya kata2 guru yang memakai "jalan buku" yang panjang dan membuat otak gue kusut kalo ngerjain Matematika. Hingga saat gue berdiskusi mengenai SKRIPSI karena sekarang gue udah semester 7, lagi2 sifat mengeluh gue sebagai anak masih tetap ada, hahaha papa langsung mengubek ubek lemari buku koleksian papa, dan mengambil beberapa research design yang tebalnya lumayan hingga 300-an lebih dan ada sekitar 4 buku yang diberikan kepadaku. Beliau bilang "Baca nih buku, untuk mencari ilham", dengan senang hati tanpa beban di hati walaupun gue lihat buku2nya yang tebal. Karena sangat jarang gue membaca buku tebal apalagi tentang pendidikan. Biasanya kan gue baca komik :p

Tapi yang jelas yang papa dan mama berikan sama gue udah gak kehitung lagi, Benar2 sudah banyak, Dan sekarang waktunya gue memikirkan masa depan sesuai dengan saran dan motivasi yang selalu beliau pompa buat gue, yaitu JANGAN MAU KALAH SAMA ORANG LAIN dalam hal positif tapinya !! Amin..Bismillah...